Kunang-kunang bercahaya temaram, menemani nadir
Terlihat sebuah hati yang mati terkapar
Berbisik relung mengharap segara
Kemudian datanglah sepercik air surga, dari senyum penyemangat
Yang menghidupkan hati yang mati terkapar
Yang mendoa agar takdir tak sedingin yang lalu
Yang menjaga agar jiwa tetap bertahan
Yang menghajar bahwa semua adalah hadiah
Air mata jadi stabilo penanda
Penat dan pekat berangsur sirna
Hati yang tadi mati,
mulai menyemangati nadi, jantung dan otak yang kosong untuk kembali bersyukur
Bahwa diri ini tidak sendiri
Sabtu, 14 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar